Lompat ke isi

Suku Guci

Wikipedia Minangkabau - Lubuak aka tapian ilimu
Balairung di Batipuh (foto 1895), salah satu Balairung kaum Katumanggungan.

Suku Guci adalah satu dari tujuh marga atau klan dari kaum Katumanggungan, anak dari Puti Indo Jalito dengan Maharajadiraja pemegang tampuk pulau Percha, pendiri alam Minangkabau, Sri Maharajo Dirajo di Pariangan—enam lainnya adalah Koto, Piliang, Dalimo, Sikumbang, Sipisang, dan Malayu.

Secara etimologi, kata "guci" didasarkan pada suku kata gu[1] dan ci,[2] yang masing-masing mewakili kegelapan dan "untuk bergerak dalam lingkaran." Suku kata "ci" terhubung ke akar ca yang berarti "pencapaian dari gerakan yang melingkar." Di antara kata benda paling awal yang berasal dari akar ini adalah cakra "roda" atau "lingkaran" dan candra "Bulan."[2]

Pariangan terdiri dari empat koto dengan tujuh suku, yakni Koto, Piliang, Dalimo, Sikumbang, Sipisang, Malayu, dan Guci.[3][4]

Suku Guci menyebar hampir merata di alam Minangkabau baik di Luhak nan Tigo, yaitu di Tanah Datar, Padang Panjang, Agam, Bukittinggi, Lima Puluh Kota, dan Payakumbuh, maupun di rantau, seperti di Sijunjung, Sawahlunto, Dharmasraya, Solok, Kota Solok, Padang Pariaman, Pariaman, Padang, dan Pesisir Selatan, serta di berbagai rantau lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.

Marawa, selain merepresentasikan warna dari Luhak nan Tigo, masing-masing warna pada bendera ini juga mewakili warna dari tiga lembaga adat dan kepemimpinan Tali tigo Sapilin Tungku tigo Sajarangan di alam Minangkabau yakni, hitam warna dari Ninik Mamak, merah warna Cadiak Pandai, dan emas warna Alim Ulama.[5]

Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana, bana badiri sandirinyo, bana manuruik alua jo patuik, manuruik patuik jo mungkin.

— Petitih struktur pemerintahan adat Minangkabau

Berikut ini beberapa gelar Penghulu suku Guci:

Pagaruyung Darul Qarar, kerajaan yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di pulau Sumatra dan sangat berpengaruh di Nusantara ini pada awalnya hanyalah salah satu koto (benteng) di nagari (negara-kota) Saruaso. Dalam perkembangannya, Pagaruyung (Saruaso) kemudian tumbuh menjadi salah satu nagari yang paling kuat di Luhak nan Tigo (persekutuan tiga liga di daerah inti alam Minangkabau) baik dalam bidang politik maupun militer. Pada dasarnya, kebesaran dari kerajaan ini dibentuk dari aliansi dari suku-suku Minang dalam bentuk konfederasi dari nagari-nagari yang ada di alam Minangkabau, baik dari nagari yang memiliki bentuk republik di luhak maupun yang memiliki bentuk pemerintahan monarki di rantau seperti di Inderagiri, Dharmasraya, Inderapura, Barus, Rao, Siak Darul Ridzuan, dan Negeri Sembilan Darul Khusus.

Di beberapa nagari, suku Guci bersekutu dengan suku lain dan membentuk beberapa aliansi, antara lain:

  • Guci Dalimo di Pariangan,[6] Tanah Datar
  • Guci Panyalai Jambak di Pandai Sikek,[27] Tanah Datar
  • Guci Tanjung di Candung Agam dan di Bayang[14] Pesisir selatan
  • Guci Piliang di Koto Gadang[28] dan di Maninjau[16] Agam, serta di Ulakan[20] dan di Kurai Taji Padang Pariaman
  • Guci Pili di Kapau, Agam
  • Sudut Nan IX, yakni Koto, Piliang, Guci, Sikumbang, Sipisang, Dalimo atau Simabur, Tanjung, Piboda, dan Pagacancang di Lima Puluh Kota[29]
  • Sudut Nan IX, yakni Koto, Piliang, Guci, Sikumbang, Sipisang, Simabur, Tanjung, Piboda, dan Pagacancang serta Malayu di Suliki,[29] Lima Puluh Kota
  • Sudut Nan IX, yakni Koto, Piliang, Guci, Sikumbang, Sipisang, Simabur, Tanjung, Piboda, dan Pagacancang di Guguk dan di Situjuh Gadang,[29] Lima Puluh Kota
  • Guci Caniago pada abad ke-12 di Ulakan,[20] Padang Pariaman
  • Guci Malayu di Padang[30][31]
Masjid Jamik Taluak Bukittinggi (foto, 1920), salah satu Masjid yang didirikan suku Guci bersama dengan suku lainnya sebagai salah satu syarat pendirian (pemekaran) nagari di dalam adat alam Minangkabau.

Syarak mangato adat mamakai, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.

— Aforisme relasi antara adat dan syarak di alam Minangkabau

Berikut beberapa gelar Datuk Tuanku atau Imam suku Guci beserta malinnya:

  • Datuk Imam Tanameh dengan Datuk Khatib Bandaro di Maninjau,[16] Agam
  • Imam Marajo atau Imam Maharajo dengan Malin Maharajo di Bayang,[14] Pesisir Selatan

Berikut beberapa tokoh yang berasal dari suku Guci:

Templat:Daftar Suku-suku Minang