Moeslim Taher

Wikipedia Minangkabau - Lubuak aka tapian ilimu
Infobox orangMoeslim Taher
Biografi
Lahia10 September 1934 Edit nilai pada Wikidata
Kota Sigli, Pidie Edit nilai pada Wikidata
Kamatian23 Nopember 1999 Edit nilai pada Wikidata (65 tahun (id) terjemahkan)
Daerah Kusuih Ibukota Jakarta Edit nilai pada Wikidata
Kalompok etnisUrang Minangkabau Edit nilai pada Wikidata
AlmamaterUniversitas Jayabaya (id) Terjemahkan . Sarjana Hukum (id) Terjemahkan (–1965)
Universitas Padjadjaran . sarjana (id) Terjemahkan (–1968)
Universitas Padjadjaran . Doktor (id) Terjemahkan (–1979) Edit nilai pada Wikidata
Kagiatan
KarajoAkademisi, dosen paguruan tinggi jo pebisnis (id) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Profesor Doktor Haji Moeslim Taher, S.H.[1] (juga ditulis Muslim Taher, Arab: مسلم طاهرterjemahan: Muslim Ṭāhir, Lafal Arab: [muslim tˤa:hir]; lahia di Kota Sigli, Pidie, Aceh, 10 September 1934 – maningga di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 23 November 1999 pado umua 65 taun) adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang mendirikan Universitas Jayabaya pada tanggal 5 Oktober 1958. Taher kemudian diangkat menjadi rektor ke-2 Universitas Jayabaya untuk periode 1962–1988 menggantikan Prof Mr. S. A. Hakim sebagai rektor pertama. Selain itu, Taher ditunjuk oleh Soeharto menjadi Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia dari 1983–1988.

Biografi[suntiang | suntiang sumber]

Kehidupan awal[suntiang | suntiang sumber]

Sidi Moeslim bin Mohammad Taher lahir di Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga keturunan Arab-Minangkabau.[2] Marga Taher (Arab: طاهرterjemahan: Ṭāhir; lafal [tˤɑːˈher]) di belakang namanya adalah salah satu dari klan Arab Hadhrami golongan Alawiyyin di Indonesia.[3] Ayahnya merupakan seorang pensiunan kepala pegadaian bernama Haji Sidi Mohammad Tahir, sementara ibunya adalah seorang wanita Minangkabau bernama Nurcahya.[4] Dalam adat Minangkabau, gelar kehormatan Sidi di depan namanya adalah singkatan dari kata arab Sayyidi (Arab: سيديterjemahan: Sayyīdī; "Tuanku"). Gelar ini berasal dari Kota Pariaman, Sumatera Barat dan diberikan kepada anak laki-laki seorang ulama keturunan Nabi Muhammad yang menyebarkan Islam di Pariaman dan sekitarnya.[5]

Pendidikan[suntiang | suntiang sumber]

Moeslim Taher memulai pendidikannya di tingkat sekolah dasar di Sigli dan lulus pada tahun 1947. Ia kemudian melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Padang dan lulus pada tahun 1957. Ia memperoleh gelar sarjana hukum dari universitas yang dipimpinnya, Universitas Jayabaya pada tahun 1965. Tiga tahun kemudian, ia meraih gelar sarjana dari Fakultas Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran (Unpad). Di Unpad ia juga menjadi dosen luar biasa sejak 1978 dan setahun kemudian meraih gelar doktor dengan predikat cum laude.[4]

Kehidupan pribadi[suntiang | suntiang sumber]

Selama hidupnya, Moeslim Taher menikah sebanyak lima kali. Pernikahan pertamanya adalah dengan seorang janda keturunan Arab Hadhrami bernama Nurtini binti Sjahboedin pada tahun 1962. Dari pernikahannya dengan Nurtini, Taher memperoleh seorang anak bernama Agustian Putrajaya (lahir pada 30 Agustus 1963).[6] Pada tahun 1963, Taher menikah lagi dengan Yuyun Hindun dan dikaruniai tujuh anak, di antaranya Mustar, Mulia, Rachmat, Yulia, Kurnia, Sartika, dan Citasari.[6] Aldiansyah Taher, seorang aktor, model, dan penyanyi Indonesia adalah cucu Taher dari pernikahan keduanya.[7]

Pada tahun 1965, Taher menikah lagi dengan seorang gadis Batak bernama Rosemary Siagian tetapi pada 22 Desember 1965 mereka memutuskan untuk bercerai. Dari pernikahannya dengan Rosemary, Taher dikaruniai seorang putri bernama Dessy Musnilla. Pernikahan keempatnya adalah dengan Saleha Moeslim Taher pada tahun 1975, dari pernikahan keempatnya Taher memperoleh enam anak, di antaranya Amri, Nurfitri, Firman, Moehamad Ichsan, Firdaus, dan Rasyid. Sementara itu, pernikahan terakhir Taher adalah dengan Fatimah pada tahun 1984 dan bercerai pada tahun yang sama. Dari pernikahannya dengan Fatimah, ia dikaruniai seorang putri bernama Sabrina.[8] Dari kelima istrinya, hanya tiga yang menemani Taher sampai akhir hayatnya, mereka adalah Nurtini binti Sjahboedin, Yuyun Hindun, dan Saleha Moeslim Taher.[9]

Rujuakan[suntiang | suntiang sumber]

  1. Taher 2013, hlm. ii.
  2. Taher 2013, hlm. 10.
  3. Tirto.id 2017, Mereka yang.
  4. a b Apa dan Siapa Tempo 2004, Moeslim Taher.
  5. ANTARA News 2010, Jusuf Anwar.
  6. a b Putusan Nomor: 0427/Pdt.G/2010/PAJT, hlm. 3.
  7. Detik.com 2013, Aldi Taher.
  8. Putusan Nomor: 0427/Pdt.G/2010/PAJT, hlm. 4.
  9. Putusan Nomor: 0427/Pdt.G/2010/PAJT, hlm. 3–4.