Koto Ambon

Wikipedia Minangkabau - Lubuak aka tapian ilimu
(Dialiahkan dari Kota Ambon)
Koto Ambon
Ibu kota provinsi Maluku, Indonesia
Dari atas searah jarum jam: Lapangan Merdeka, Benteng Victoria, Gong Perdamaian Dunia, Teluk Ambon, dan Tugu Trikora serta Gereja Silo.
Dari atas searah jarum jam: Lapangan Merdeka, Benteng Victoria, Gong Perdamaian Dunia, Teluk Ambon, dan Tugu Trikora serta Gereja Silo.
Lambang rasmi Koto Ambon
Lambang
Julukan: Koto Manih
Semboyan: Bersatu Manggurebe Maju
Nagara Indonesia
ProvinsiMaluku
Tanggal paresmian7 September 1575; 448 tahun nan lalu (1575-09-07)
Dasa hukumUU №60 Tahun 1958
Ibu kotaSirimau
Pamarintahan
 • Wali KotaBodewin Wattimena
 • Sekretaris DaerahDrs. Agus Ririmasse,AP., M.Si
 • Ketua DPRDElly Toisutta
Laweh
 • Total298,61 km2 (115,29 sq mi)
Panduduak (2021)[1]
 • Total347.664 jiwa
 • Kapadatan1.165/km2 (3,020/sq mi)
Demografi
 • AgamoKristen 60,39%
- Protestan 57,99%
- Katolik 2,40%
Islam 38,77%
Hindu 0,13%
Buddha 0,04%
Lainnya 0,67%[2]
 • BahasoIndonesia, Ambon
Zona wakatuWIT (UTC+09:00)
Kode telepon0911
Plat kandaraanDE xxxx A*
Jumlah kecamatan5 kecamatan
Jumlah kelurahan20 kelurahan
Jumlah desa30 desa
DAURp 706.048.782.000,- (2020)[3]
IPM 81,23 (2021)
sangat tinggi[4]
Kode Kemendagri81.71 Edit nilai pada Wikidata
Situs webambon.go.id

Koto Ambon (atau Ambong dalam bahasa setempat,[5] diucapkan sebagai ['ʔamboːŋ]) adalah ibu kota dan kota terbesar dari Provinsi Maluku. Kota yang berdiri di selatan Pulau Ambon ini[6] berawal dari pendirian sebuah benteng yang senantiasa menjadi pusat pertumbuhan kota.[7] Kota ini didirikan oleh bangsa Portugis yang menamainya dengan istilah Nossa Senhora da Anunciada.[c 1] Sejak zaman VOC dan Belanda, kota ini berkembang cepat sebagai pusat pembudidayaan dan perdagangan rempah[8][9] dan salah satu kota penting di Nusantara hingga sekarang berkedudukan sebagai ibu kota provinsi.[10] Kini, kota ini berkedudukan sebagai kota yang dikepalai oleh wali kota[11] dengan dewan perwakilan rakyat setempat sebagai penyelenggara bersamanya.[12]

Ambon memiliki beragam peninggalan sejarah, mulai dari masa megalitik hingga Jepang di delapan desanya yang masih terpelihara dengan baik.[13] Peninggalan-peninggalan tersebut beragam, mulai dari pangkalan militer peniggalan Jepang,[14] masjid jami kota,[15] hingga bom peninggalan Perang Dunia II.[16] Kota ini pun memiliki banyak peninggalan Belanda dan Portugis karena Ambon kaya akan pala dan cengkih yang didambakan orang Eropa pada masa lalu.[17] Pada umumnya, peninggalan bangsa Eropa di Pulau Ambon berupa benteng.[18]

Sejarah[suntiang | suntiang sumber]

Sejarah afiliasi Kota Ambon

Portugal (1513–1605)
VOC (1605–1796)
Britania Raya (1796—1800)
Bendera Baritania Rayo Britania Raya (1800–1803)
 Hindia Belanda (1803–1811)
Bendera Baritania Rayo Britania Raya (1811–1816)
 Hindia Belanda (1816–1942)
Jepang (1942–1945)
 Hindia Belanda (1945–1949)
 Indonesia (1949–sekarang)[c 2]

Asal-usul nama[suntiang | suntiang sumber]

Asal-usul dari istilah Ambon tidak mudah ditentukan. Menurut keterangan yang diberikan penduduk setempat, istilah tersebut berasal dari kata ombong yang merupakan bentukan lokal dari kata embun.[19] Puncak-puncak gunung di Pulau Ambon memang sering tertutupi oleh embun yang tebal.[19] Istilah Laha pun pernah dipakai untuk menamai Benteng Nossa Senhora da Anunciada yang menjadi cikal bakal kota.[20] Dalam bahasa setempat, laha diartikan sebagai pelabuhan.[21]

Meskipun kini istilah Ambon mengacu pada Kota Ambon, Pulau Ambon, maupun suku Ambon, dalam perkembangan sejarah (terutama pada abad ke-20), istilah Ambon mengacu kepada penduduk Maluku Tengah.[19] Frasa orang Ambon (Ambonezen) sendiri pun mengacu kepada para penduduk di Maluku Tengah, meskipun pada awalnya hanya digunakan untuk penduduk Kota Ambon yang memiliki budaya mestizo.[19]

Benteng Victoria[suntiang | suntiang sumber]

Ambon pada abad ke-17 dengan Benteng Victoria di sebelah kiri gambar

Kota Ambon mulai berkembang semenjak kedatangan Portugis pada tahun 1513.[22] Kemudian, sekitar tahun 1575, penguasa Portugis mengerahkan penduduk di sekitarnya untuk membangun Benteng Kota Laha atau Ferangi yang pada waktu itu diberi nama Nossa Senhora da Anunciada di Dataran Honipopu.[20] Dalam pembangunan, masyarakat pekerja mendirikan organisasi berbentuk perkampungan seperti Soya yang menjadi dasar Kota Ambon karena di dalam perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut sudah menjadi masyarakat geneologis teritorial yang teratur.[20]

Setelah Belanda berhasil menguasai Kepulauan Maluku dan khususnya Ambon dari kekuasaan Portugis, benteng Nossa Senhora de Anunciada direbut pada tahun 1605[23] dan dijadikan pusat pemerintahan kolonial[24] dan diberi nama Victoria.[20] Benteng ini dilanda gempa hebat dan rusak parah, lalu direnovasi dan diberi nama ulang Nieuw Victoria.[25][c 3] Meskipun nama barunya Nieuw Victoria, benteng ini lebih dikenal rakyat setempat sebagai Benteng Victoria. Benteng ini terkenal sebagai tempat Pattimura digantung pada 16 Desember 1817.[26] Pahlawan Nasional Slamet Rijadi juga gugur di benteng ini dalam pertempuran melawan pasukan Republik Maluku Selatan.[27]

Masa penjajahan Belanda[suntiang | suntiang sumber]

Litografi pemandangan jalanan di Ambon (1880-an)

Pulau Ambon ditaklukan oleh Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) pada 23 Februari 1605 dengan bantuan kekuatan tempur dari Ternate, Luhu, Hitu, Jawa, dan Gowa.[28] Pada awal masa VOC, terjadi beberapa pergantian gubernur.[28] Gubernur otoriter yang terkenal adalah Adrian Martensz Block yang melakukan kerja paksa perluasan Benteng Victoria.[28] Selain itu, ada pula Gubernur Herman van Speult yang menyengsarakan rakyat dengan perubahan monopoli perdagangan rempah-rempahnya.[28] Pembantaian pun pernah dilakukan pada masa ini.[29]

Pada 17 Februari 1796 VOC menyerah kepada laksamana Britania Raya, Pieter Ramier sehingga Kota Ambon menjadi bagian dari wilayah Britania Raya.[28] Britania Raya memerintah di kota sampai tahun 1803.[28] Setelah itu, terjadilah penyerahan jajahan kembali bukan kepada VOC, melainkan kepada Belanda[28] karena VOC jatuh bangkrut pada 1799,[30][31][32] sebelum Kota Ambon dikembalikan.

Pada masa Hindia Belanda, Kota Ambon mulai dimodernisasi. Kota Ambon, tepatnya Casteel Victoria menjadi ibu kota dari Gouvernment Amboina, salah satu dari tiga gouvernment yang terletak di antara Sulawesi dan Irian yang membentuk administrasi pemerintahan yang bernama Gouvernment der Molukken yang dibentuk pada 1817.[33] Selain itu, pada tanggal 7 September 1921 masyarakat Kota Ambon diberi hak yang sama dengan pemerintah kolonial.[34] Hal ini menjadi wujud perjuangan masyarakat Indonesia dari Maluku.[34] Hal ini pun merupakan kekalahan politik penjajah karena warga Ambon pun menjadi bisa berperan dalam pemerintahan dengan irama yang sama sengan politik penjajah masa itu.[34] Dengan demikian, masyarakat kota terbekali modal dalam menentukan masa depannya.[34]

Masa pendudukan Jepang[suntiang | suntiang sumber]

Pemakaman Perang Ambon yang menampung jasad 1.777 tentara Sekutu[35]

Tentara Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon pada 1 Februari 1942[36] dari Kendari.[37] Meskipun dahulu senasib sebagai budak VOC dan Belanda, Jepang berhasil menaklukan Belanda dan sekutunya dalam Pertempuran Ambon untuk merebut Kota Ambon yang merupakan markas angkatan laut.[38] Dalam pendudukan dan penjajahan Jepang, Ambon digunakan sebagai pangkalan udara utama. Selain itu, warga Ambon mengalami kemiskinan dan kelaparan sebagai dampak dari perang.[39]

Peninggalan masa pendudukan ini masih bisa ditemukan. Pemakaman Perang Ambonlah yang paling terkenal sebagai pemakaman tentara-tentara Sekutu yang gugur dalam Pertempuran Ambon. Selain itu, Gubernur Maluku, Said Assagaf, pernah menemukan dua torpedo peninggalan Jepang di dasar Teluk Ambon ketika menyelam.[40]

Masa Kemerdekaan Indonesia dan Hari Jadi[suntiang | suntiang sumber]

Gong Perdamaian Dunia ke-35[41] yang memperingati kerusuhan bermotif SARA pada tahun 1999

Hari lahir atau hari jadi kota Ambon telah diputuskan jatuh pada tanggal 7 September 1575 dalam suatu seminar di Ambon yang berlangsung pada 1417 November 1972 dengan kerja sama bersama Universitas Pattimura.[34] Penggagas seminar ini adalah Wali Kota Ambon ke-9, Letkol Matheos H. Manuputty melalui SK 25/KPTS/1972 tentang Pembentukan Panitia Khusus Sejarah Kota Ambon yang dikeluarkan pada 10 Juli 1972 dengan tugas untuk menggali dan menentukan hari lahir kota.[34]

Penetapan tanggal hari jadi tersebut didasarkan pada fakta sejarah bahwa pada tanggal 7 September 1921 masyarakat Kota Ambon diberikan hak yang sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda.[34] Sedangkan, penetapan tahun 1575 dilandasi oleh tahun mulainya pembangunan Benteng Kota Laha.[34] Hari jadi merupakan campuran dari kedua waktu tersebut. Setelah penetapan hari jadi diberlakukan, hari jadi Kota Ambon pertama kali diperinagti pada 7 September 1973.[34]

Prajurit TNI mengungsikan pengungsi konflik pada 1999

Kerusuhan Ambon 2011[suntiang | suntiang sumber]

Di kota Ambon sudah terjadi beberapa kerusuhan yang mengikutsertakan SARA. Kerusuhan yang paling dikenal adalah Kerusuhan Ambon 1999 yang terjadi karena masalah politik, namun mengikutsertakan unsur SARA, terutama agama.[42] Meskipun kerusuhan ini telah terselesaikan dengan Perjanjian Malino,[43] penghancuran sarang[44] serta penghukuman provokator kerusuhan,[45] kerusuhan dengan sebab yang serupa terjadi lagi pada tahun 2011 dan menewaskan beberapa orang,[46] namun langsung diredakan. Saat kedua kerusuhan, terutama Kerusuhan 1999 terjadi, kota terluluhlantahkan dan meninggalkan banyak kenangan pahit.[47] Kerusuhan 1999 pun menimbulkan munculnya ribuan pengungsi yang diantaranya mengungsi ke Jakarta.[48] Banyak orang yang tidak menginginkan peristiwa ini terulang kembali, bahkan mantan penjihad pun beranggapan demikian.[49][50] Untuk memperingati kerusuhan-kerusuhan ini dan menegakkan perdamaian, didirikanlah Gong Perdamaian Dunia yang terletak di pusat kota.[51] Gong Perdamaian Dunia tersebut merupakan Gong Perdamaian Dunia ke-35 di dunia dan ke-2 di Indonesia setelah didahului gong serupa di provinsi Bali.[52]

Geografi[suntiang | suntiang sumber]

Berkas:Kota Ambon Sat.png
Citra satelit Kota Ambon pada 2017

Kota Ambon terletak di sebelah selatan dari Pulau Ambon[6] dengan luas keseluruhan sebesar 377 km2 atau dua perlima dari luas Pulau Ambon.[53] Luas ini terdiri dari luas daratan sebesar 359,45 km2 dan perairan sebesar 17,55 km2 dengan garis pantai sepanjang 98 km.[53] Kota ini dibelah oleh Teluk Ambon sehingga berada dalam lengkungan yang berbentuk huruf U.[54] Sisi timur kota berbatasan dengan Sala Hutu, Maluku Tengah; selatan dengan Laut Banda; dan barat dan utara dengan Leihitu, Maluku Tengah.[55]

Kota ini mencakup 46,38% dari seluruh tanah Pulau Ambon.[c 4] Menurut teleponnya, Kota Ambon mencakup wilayah kode telepon +62 911,[56] sedangkan Kota Ambon mencakup wilayah kode pos 97129–97237.

Kebakaran hutan di kota yang terjadi pada awal 2016[57]

Topografi[suntiang | suntiang sumber]

Kota Ambon memiliki luas daratan 359,45 km2.[58] Karena letaknya di pulau busur vulkanis, 73% wilayah kota merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng terjal (30–45°) hingga sangat terjal (>45°) dan hanya sekitar 17% dari wilayah daratannya yang dapat dikelompokkan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 30°.[59] Kota Ambon merupakan pusat pelabuhan, pariwisata, dan pendidikan bagi wilayah Kepulauan Maluku.[60][c 5] Dari antara beberapa pelabuhan di kota, Pelabuhan Yos Sudarso di kota ini menjadi pelabuhan utama kota dan provinsi.[61] Kota disebut sebagai pusat pariwisata karena menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari alam, budaya, bahari, hingga kuliner.[62] Keberadaan Ambon sebagai pusat pendidikan bisa dilihat dari penyelenggaraan pesta pendidikan,[63] rata-rata lama sekolah yang tinggi, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sejak zaman penjajahan.[64] Kota ini pun memiliki PDRB terbesar dan PDRB per kapita tertinggi di Maluku. Selain menyandang gelar sebagai kota musik Indonesia,[65][66] Ambon merupakan kota pertama di Asia Tenggara yang dianguerahi sebagai Kota Musik Dunia oleh UNESCO.[67]

Iklim[suntiang | suntiang sumber]

Secara astronomis, Kota Ambon terletak di 3° 34' 8,40"–3° 47' 42,00" LS dan 128° 1' 33,60"–128° 18' 3,60" BT.[53] Ambon beriklim hutan hujan tropis (Köppen: Af), serupa dengan iklim sebagian besar wilayah Indonesia dan Maluku Tengah. Iklim hutan hujan tropis Ambon dapat dilihat dari banyaknya hutan hujan tropika di kota yang sempat terbakar berkali-kali, namun muncul kembali karena kuatnya pengaruh iklim Af dan dorongan curah hujan yang tinggi. Hujan mengalami kepuncakannya di kota pada akhir Juni[68] maupun sepanjang Juni hingga Juli,[69] bahkan mengalahkan curah hujan Bogor, kota hujan[70][71] yang hanya 442 mm.[72] Rata-rata tertinggi suhu tertinggi yang terekam adalah 30,9°C, sedangkan rata-rata terendah suhu terendahnya 23 °C. Templat:Ambon weatherbox

Pemerintahan[suntiang | suntiang sumber]

Wali kota dan wakil wali kota Ambon pada tahun 2018

Kota Ambon berdiri dengan dasar hukum UU Nomor 60 Tahun 1958 yang diluncurkan pada 17 Juli 1958.[73] Kota Ambon merupakan bagian dari Provinsi Maluku.[74] Kota Ambon berstatus sebagai salah satu kota di Indonesia. Layaknya seperti kota-kota lain di Indonesia, administrasi kota terbagi menjadi tiga tingkatan: kota, kecamatan, dan keluruhan serta desa. Sebagai bagian dari Kepulauan Maluku, sebagian desa di kota pun dikenal dengan istilah negeri.[75]

Administarsi kota dipimpin oleh seorang wali kota yang bertanggung jawab kepada DPRD Kota Ambon, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000.[76] Wali kota dan wakil wali kota Ambon berkedudukan di Balai Kota Ambon. Administrasi kota juga dilakukan oleh DPRD kota yang sama-sama dipilih rakyat. Secara administratif wilayah Kota Ambon dibagi menjadi 5 kecamatan.[20] 5 kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 50 kelurahan dan desa.[20] Kecamatan terbesar ialah Sirimau dengan penduduk sebesar 178.611 jiwa, sedangkan kecamatan terkecil ialah Leitimur Selatan dengan penduduk sebesar 11.862 jiwa pada 2016.[77]

Wali kota[suntiang | suntiang sumber]

Wali Kota menjadi pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintahan Kota Ambon. Saat ini, wali kota atau kepala daerah yang menjabat di Kota Ambon ialah Richard Louhenapessy, bersama wakil wali kota, Syarif Hadler. Mereka menang pada Pemilihan umum Wali Kota Ambon 2017.[78][79] Richard merupakan wali kota Ambon yang ke-15, dan menjabat untuk dua periode, sejak 2011 hingga 2022. Pada periode pertamanya, ia berpasangan dengan Muhammad Armyn Syarif Latuconsina, sementara pada periode kedua ia berpasangan dengan Syarif Hadler.[80][81] Richard dan Syarif dilantik oleh gubernur Maluku, Said Assagaff, pada 22 Mei 2017 di Lapangan Merdeka Ambon, untuk periode 2017-2022.[82]

No Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Prd. Ket. Wakil Wali Kota
15 Richard Louhenapessy 22 Mei 2017 petahana 17
(2017)
[ket. 1] Syarif Hadler

Kota kembar[suntiang | suntiang sumber]

Kota Ambon pun menjajaki sejumlah mitra kerja sama kota kembar dengan beberapa kota di dunia. Saat ini terdapat lima kota di luar negeri dan satu kota dalam negeri yang menjalin hubungan kerja sama ini bersama Ambon, antara lain Guam, Amerika Serikat;[83] Vlissingen, Belanda;[84][85][86] Darwin, Australia;[87][88] Kyoto, Jepang;[89] New York, Amerika Serikat;[89] dan Batam, Indonesia.[83]

Demografi[suntiang | suntiang sumber]

Suku bangsa[suntiang | suntiang sumber]

Warga Ambon dalam tarian setempat, tahun 2009

Kota Ambon merupakan kota yang majemuk karena memiliki penduduk yang berasal dari berbagai suku bangsa, agama, dan ras.[90] Sebagian besar masyarakat Ambon berasal dari suku Ambon dan suku setempat. Meskipun demikian, persatuan keberagaman ini pernah diguncang oleh beberapa pertikaian politik yang menimbulkan kerusuhan besar dengan mengikusertakan agama seperti pada 1999.[91][92][c 6] Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kota Ambon diperkirakan mencapai 427.934 jiwa[77] yang menjadikan Kota Ambon sebagai kota terbesar di provinsi dengan sumbangan penduduk sebesar 24,9%. Menurut Sensus Penduduk tahun 2010, sebesar 92,4% masyarakat bertempat tinggal di kawasan perkotaan, sedangkan sisanya di kawasan perdesaan.[93]

Suku mayoritas di kota ini adalah suku Ambon, suku yang mendiami Pulau Ambon dan pulau sekitarnya yang merupakan keturunan suku Alifuru.[94] Kota ini pun memiliki penduduk dari berbagai macam suku bangsa karena kota ini telah dinominasikan menjadi kota terbuka bersama dengan 29 kota lainnya di Indonesia.[95] Selain itu, keberagaman suku bangsa kota disebabkan oleh Maluku yang menjadi daerah tujuan transmigrasi.[96] Untuk menjaga kebhinekaan suku bangsa yang mendiami kota agar tetap harmonis dan menegaskan bahwa Kota Ambon ini kota paling toleran serta terbuka, pemerintah kota membangun perkampungan multietnis.[95] Selain suku Ambon, kota ini juga dihuni oleh etnis lainnya, seperti Arab, Buton, dan Tionghoa[97] yang pada mulanya datang untuk berdagang. Di samping itu, terdapat pula suku Minahasa, Jawa, dan Minang yang telah lama datang ke Ambon.


Ekonomi[suntiang | suntiang sumber]

Pada tahun 2016, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Ambon mencapai angka Rp12.045.480,72 juta pada 2016,[98] setingkat dengan Negara Saint Kitts dan Nevis.[99] Dengan demikian, Kota Ambon berkontribusi sebesar 32,5% terhadap PDRB Maluku yang jumlahnya sebesar Rp37.062.642,66 juta (AS$2.784,92 juta).[100] Pada tahun 2016, PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 kota bertumbuh secepat 5,98% menurut lapangan usahanya.[101] Ekonomi kota sebagian besar ditopang oleh lapangan usaha administrasi, diikuti dengan perdagangan, lalu transportasi dan pergudangan.[102] Jika dibidangkan dalam sektornya, ekonomi kota ditopang oleh pertanian (primer) sebesar 4,84%, industri sebesar (sekunder) 10,09%, dan jasa sebesar (tersier) 85,08%. PDRB per kapita Kota Ambon adalah Rp28,14 juta (AS$2.114,46) pada 2016,[103] setingkat dengan Nikaragua.[104] Meskipun pendapatan rakyatnya rendah, tingkat kemiskinan di kota sangatlah rendah. Jumlah penduduk miskin adalah 19.640 jiwa atau 4,58% dari total penduduk kota.[103]

Transportasi[suntiang | suntiang sumber]

Tampilan pelataran pesawat Bandara Pattimura yang melayani Ambon

Kota Ambon memiliki ruas jalan sepanjang 271,58 km pada 2013.[105] 96% dari seluruh jalan di kota diaspal dengan persentase jalan berkondisi baik sebesar 84,5% dan sedang sebesar 5% pada 2013.[105][c 7] Transportasi darat Kota Ambon pun dinilai cukup modern karena dapat dilihat dari keberadaan moda transportasi daring yang berbasis aplikasi.[106][107]

Sebagai bagian dari provinsi kepulauan, dalam bagian kelautan Kota Ambon terhubung dengan pulau-pulau lainnya di Maluku melalui jasa layanan kapal feri atau kapal motor lainnya. Kota memiliki tiga buah pelabuhan penyeberangan, yakni Galala, Poka, dan Ambon.[108] Aktivitas ekonomi melalui laut dilayani oleh pelabuhan peti kemas. Kini, pelabuhan peti kemas hanyalah Pelabuhan Ambon[109][110] yang dikelola oleh PT Pelindo IV.[111] Pada awal 2018, pelabuhan sudah mampu melakukan pengiriman langsung ke luar negeri yang nantinya dapat memangkas biaya angkut sebesar 50%.[112]

Jembatan Merah Putih mempersingkat jarak dan waktu dengan membelah teluk

Sebagai ibu kota provinsi, Kota Ambon terhubung melalui udara dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Kota ini dilayani oleh sebuah bandara internasional,[113] yaitu Bandar Udara Internasional Pattimura yang terletak di Laha, Teluk Ambon.[114] Melalui bandara ini, kota dapat terhubung dengan kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,[115] Surabaya,[116] dan Makassar.[117]

Kota Ambon terbelah oleh Teluk Ambon. Dengan demikian, pada umumnya rakyat menaiki kapal untuk menyeberangi teluk atau memutar jauh jika harus menuju ke sisi Teluk Ambon di seberang.[118] Hal ini sungguh menganggu bagi pengguna jalan, terutama bagi calon penumpang pesawat terbang karena bandara dan pusat keramaian kota berada di sisi yang berlawanan oleh karena teluk ini. Dengan demikian Kementerian PUPR membangun Jembatan Merah Putih yang mulai beroperasi pada Maret 2016 untuk menghubungkan kedua sisi kota. Jembatan menghubungkan Rumah Tiga, Sirimau pada sisi utara dengan Hative Kecil, Teluk Ambon pada sisi selatan.[119] Jembatan ini sekaligus merupakan jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur.[120]

Pendidikan[suntiang | suntiang sumber]

Pembelajaran siswa di SMAN 1 Ambon, salah satu SMA negeri di kota

Kota Ambon merupakan salah satu kota terdidik di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah selama 11,64 tahun,[121] menyamai Singapura dan Prancis[122] dan harapan sekolah selama 15,9 tahun[121] yang mendekati Negara Swiss[122] pada 2016. Dengan demikian, dari kedua aspek tersebut kota telah menyamai negara-negara maju lainnya.

Kota Ambon memiliki pendidikan tinggi yang memadai. Terdapat beberapa perguruan tinggi ternama yang terletak di kota seperti Universitas Pattimura (Unpatti) yang terletak di Teluk Ambon[123] dan Politeknik Negeri Ambon yang sama-sama terletak di Teluk Ambon.[124] Meskipun perguruan-perguruan tinggi di kota bukan merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia, kedua univeritas terbaik di kota yang telah disebutkan masih masuk ke dalam cluster 3, yakni Politeknik Negeri Ambon pada peringkat 186 dan Universitas Pattimura pada peringkat 282 menurut Kemenristekdikti.[125]

Upaya peningkatan dalam perihal pendidikan pun dilakukan melalui berbagai macam program, salah satunya beasiswa. Pemerintah kota pernah memberikan beasiswa untuk belajar seperti ke Jepang untuk mahasiswa[126][127] yang tersebar di Maebashi, Fukuoka, dan kota lainnya dengan bekerja sama dengan pemerintah Kyoto[128] dan India untuk PNS.[129][130] Meskipun demikian, pernah terjadi sebuah penipuan beasiswa S2 yang mengorbankan seorang mahasiswi Unpatti, namun bukan berasal dari pihak pemerintah.[131]

Referensi[suntiang | suntiang sumber]

  1. "Kota Ambon Dalam Angka 2022" (pdf). ambonkota.bps.go.id. hlm. 75,. Diakses tanggal 24 Maret 2022. 
  2. "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama Yang Dianut di Kota Ambon". Sensus Penduduk 2010. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik. 2010. Diakses tanggal 24 Maret 2022. 
  3. "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 22 Agustus 2021.  [pranala nonaktif permanen]
  4. "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 24 Maret 2022. 
  5. Takaria, D.; Pieter, C. (1998) (dalam bahaso Indonesia dan Ambon). Kamus Bahasa Melayu Ambon—Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. pp. 6. ISBN 979-459-847-X. http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/2887/1/Kamus%20Bahasa%20Melayu%20Ambon-Indonesia%20%20%20-%20%20%20153h.pdf. Diakses pado 31 Desember 2022. 
  6. a b Dorimulu, Primus (20 Februari 2017). "Rumah Sakit Internasional di Teluk Ambon". BeritaSatu (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 3 Desember 2017. 
  7. Wakim, Mezak (13 Agustus 2014). "Sejarah Benteng Victoria: Cikal Bakal Kota Ambon - Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku". Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-06. Diakses tanggal 3 Desember 2017. 
  8. Gaastra, F.S.. "Organisasi VOC". Terjemahan bahasa Indonesia oleh Syahrita Chairaty Kasim dan Dr. Th. van den End. Diakses pada 28 Maret 2018.
  9. "Tentang VOC dan arsipnya itu sendiri". Sejarah Nusantara. Arsip Nasional Republik Indonesia. Diakses tanggal 28 Maret 2018. 
  10. "Karel Ralahalu: Ambon Tidak Layak Lagi Jadi Ibukota Provinsi". Intim News. 14 Maret 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-24. Diakses tanggal 28 Maret 2018. 
  11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat. 26 April 2014. pp. 39. http://www2.bkpm.go.id/images/uploads/prosedur_investasi/file_upload/UU_23_2014.pdf. Diakses pado 31 Desember 2022. 
  12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat. 26 April 2014. pp. 86. http://www2.bkpm.go.id/images/uploads/prosedur_investasi/file_upload/UU_23_2014.pdf. Diakses pado 31 Desember 2022. 
  13. S, John Nikita; Nikita, John (30 Agustus 2016). "Peninggalan Sejarah di Ambon Terpelihara Baik". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  14. Syam, Fahrizal; Wardana, Anita Kusuma (8 Juni 2017). "Pangkoopsau II Sambut Safari Ramadan Kasau di Ambon". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  15. Marniati; Sasongko, Agung (1 Maret 2017). "3 Masjid Bersejarah di Maluku". Republika Online. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  16. Patty, Rahmat Rahman; Wiwoho, Laksono Hari (22 Februari 2017). Wiwoho, Laksono Hari, ed. "Gali Tanah untuk Saluran Air, Pekerja Bangunan Temukan Bom". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  17. Asdhiana, I Made (9 Mei 2016). Asdhiana, I Made, ed. "Belum Nikmati Ikan Ambon? Anda Belum ke Ambon..." Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  18. Nursastri, Sri Anindiati; F., Ni Luh Made Pertiwi (5 April 2016). F, Ni Luh Made Pertiwi, ed. "Jokowi Resmikan Jembatan Merah Putih, Ini Panduan Mini Wisata Ambon". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  19. a b c d Leirissa, R.Z.; Latuconsina, Djuariah (1999). Sejarah Kebudayaan Maluku. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. pp. 66. ISBN 979-9335-07-8. https://books.google.co.id/books?id=pYSKCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sejarah+kebudayaan+maluku+1999&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjxkfys0pHaAhVHQ48KHWaLASkQ6AEIKjAA#v=onepage&q&f=false. 
  20. a b c d e f Semmy (17 Oktober 2016). "Kota Ambon". malukuprov.go.id (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-05. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  21. Leirissa, R.Z.; Latuconsina, Djuariah (1999). Sejarah Kebudayaan Maluku. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. pp. 67. ISBN 979-9335-07-8. https://books.google.co.id/books?id=pYSKCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sejarah+kebudayaan+maluku+1999&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjxkfys0pHaAhVHQ48KHWaLASkQ6AEIKjAA#v=onepage&q&f=false. 
  22. Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia Since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p. 25. ISBN 0-333-57689-6. 
  23. S, John Nikita; Nikita, John (30 September 2014). "Pengelolaan Nieuw Victoria Harus Diserahkan Kepada BPCB". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  24. "Benteng Victoria". www.ambon.go.id. Pemerintah Kota Ambon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-20. Diakses tanggal 2017-12-04. 
  25. Ant (26 Juni 2016). "Benteng Nieuw Victoria Beralih Jadi Museum Sejarah di Ambon". Okezone.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  26. Mirnawati (2012). Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap. Jakarta: CIF. pp. 10. ISBN 979-788-343-4. https://books.google.co.id/books?id=mVH_CQAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kumpulan+pahlawan+indonesia&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjGl8OJ1JHaAhUBpI8KHXTiBKgQ6AEIJzAA#v=onepage&q=kumpulan%20pahlawan%20indonesia&f=false. 
  27. Pour, Julius (2008). Ignatius Slamet Rijadi: dari mengusir Kempeitai sampai menumpas RMS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3850-1. https://books.google.co.id/books?id=Ukf9i3uZe7UC&printsec=frontcover&dq=Ignatius+Slamet+Rijadi:+dari+mengusir+Kempeitai+sampai+menumpas+RMS.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjPmbCq1JHaAhWINY8KHX37BUAQ6AEIJzAA#v=onepage&q=Ignatius%20Slamet%20Rijadi%3A%20dari%20mengusir%20Kempeitai%20sampai%20menumpas%20RMS.&f=false. 
  28. a b c d e f g "Kota Ambon Masa Lalu" (PDF). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pelestarian Nilai Budaya Ambon. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-12-04. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  29. Shorto, Russell (2014). The Island at the Center of the World. London: Abacus. pp. 72. ISBN 978-0-349-14021-6. 
  30. Adnan, Sobih A.W. (3 April 2017). "Setop Jarah Perusahaan Pelat Merah". Metrotvnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-05. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  31. Utomo, Kusno S. (20 Maret 2017). "Raffles Kritik Gratifikasi Seks untuk Hartingh". Radar Jogja (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-04. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  32. Utomo, Yunanto Wiji (21 Mei 2015). Utomo, Yunanto Wiji, ed. "Kisah Serdadu VOC Asal Tanah Madura". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  33. Leirissa, R.Z.; Latuconsina, Djuariah (1999). Sejarah Kebudayaan Maluku. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. pp. 65–66. ISBN 979-9335-07-8. https://books.google.co.id/books?id=pYSKCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sejarah+kebudayaan+maluku+1999&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjxkfys0pHaAhVHQ48KHWaLASkQ6AEIKjAA#v=onepage&q&f=false. 
  34. a b c d e f g h i "Sejarah Ambon". Pemkot Ambon. Pemerintah Kota Ambon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-20. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  35. "Cemetery" (dalam bahasa Inggris). Commonwealth War Graves Commission. Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  36. Setijo, Pandji. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi Dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amendemen. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. pp. 39. ISBN 9790257430. https://books.google.co.id/books?id=r02ixHDvV5QC&printsec=frontcover&dq=pendidikan+Pancasila+Perspektif+Sejarah+Perjuangan+Bangsa:+Dilengkapi+Dengan+Undang-Undang+Dasar+1945+Hasil+Amendemen.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjSx-LM1JHaAhVLN48KHcAVDrsQ6AEIKjAA#v=onepage&q=pendidikan%20Pancasila%20Perspektif%20Sejarah%20Perjuangan%20Bangsa%3A%20Dilengkapi%20Dengan%20Undang-Undang%20Dasar%201945%20Hasil%20Amendemen.&f=false. 
  37. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Tenggara. Direktorat Jenderal Kebudayaan. pp. 114. https://books.google.co.id/books?id=QG-CCgAAQBAJ&pg=PA114&dq=Sejarah+Kebangkitan+Nasional+Daerah+Sulawesi+Tenggara+ambon&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjt2daH1pHaAhUET48KHU64CRoQ6AEIKjAA#v=onepage&q=Sejarah%20Kebangkitan%20Nasional%20Daerah%20Sulawesi%20Tenggara%20ambon&f=false. 
  38. "Ambon". Encyclopædia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  39. Chauvel, Richard (2008). Nationalists, Soldiers and Separatists: the Ambonese Islands from Colonialism to Revolt 1880-1950. Leiden: Percetakan KITLV, Institut Kerajaan untuk Linguistik, Pertanian, dan Etnologi (Koniklijk Istituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde), dan Institut Kerajaan Belanda Kajian Asia Tenggara dan Karibia (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). pp. 179. ISBN 90 6718 025 4. https://books.google.co.id/books?id=UbZiAAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Nationalists,+Soldiers+and+Separatists:+the+Ambonese+Islands+from+Colonialism&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwipp9DP1pHaAhWCp48KHePsBnsQ6AEIQjAE#v=onepage&q=Nationalists%2C%20Soldiers%20and%20Separatists%3A%20the%20Ambonese%20Islands%20from%20Colonialism&f=false. 
  40. Patty, Rahmat Rahman; Damanik, Caroline (12 Agustus 2015). Damanik, Caroline, ed. "Menyelam, Gubernur Maluku Temukan Dua Torpedo Peninggalan Jepang". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  41. Jr, Sanovra; Anas, Suryana (9 November 2016). "FOTO: Rombongan Pangkoopsau II kunjungi Gong Perdamaian Dunia di Ambon". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  42. Asril, Sabrina (25 November 2015). Asril, Sabrina, ed. "Cerita Jusuf Kalla Soal Kerusuhan Ambon dan Pesan Keberagaman". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  43. Liputan6.com (20 September 2017). Ariyanto, Yus; Sunariyah, ed. "Belajar Toleransi Agama dari Ambon". Liputan6.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  44. Fadillah, Ramadhian (31 Oktober 2014). Fadillah, Ramadhian, ed. "Kisah pasukan khusus TNI hancurkan sarang provokator Ambon". Merdeka.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  45. "Provokator Kerusuhan Ambon Dituntut Hukuman Mati". Liputan6.com (dalam bahasa Indonesia). 18 Juni 2003. Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  46. "Tujuh Orang Tewas dalam Kerusuhan Ambon". Liputan6.com (dalam bahasa Indonesia). 14 September 2011. Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  47. Prawira (14 September 2011). Prawira, ed. "Pemuda Maluku Tak Ingin Kerusuhan Ambon 1999 Terulang". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  48. Rahmawati, Laila; Kistyarini (20 Oktober 2014). Kistyarini, ed. "Pengungsi Kerusuhan Maluku 1999 Datangi Syukuran Rakyat". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  49. Kholid, Idham (23 September 2015). "Cerita Komandan Jihad Maluku yang Kini Sebarkan Paham Anti Radikal". detikcom. Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  50. Baiduri, M.C. Nieke Indrietta (29 Mei 2017). Baiduri, MC Nieke Indrietta, ed. "Mantan Panglima Jihad di Ambon Ajak Warga Menentang Paham ISIS". Tempo.co (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  51. Farhan, Afif. "Gong Perdamaian Dunia, Gema dari Ambon untuk Alam Semesta". detikcom (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  52. "Makna Indah yang Terkandung Dalam Monumen Gong Perdamaian Ambon". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2021-03-09. 
  53. a b c "Keadaan Geografis". Pemerintah Kota Ambon. Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Ambon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-20. Diakses tanggal 6 Juli 2018. 
  54. Ulung, Gagas (2011). Extremely Beautiful Maluku: 125 Tempat Paling Indah: Wisata Alam, Bahari, Kuliner, Tradisi, dan Hotel. Seri backpacking & traveling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. pp. 50. ISBN 9792268081. https://books.google.co.id/books?id=G5CXZ-sr0kAC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false. 
  55. "Kabupaten KOTA AMBON". Kementerian Dalam Negeri (dalam bahasa Indonesia). PUSDATIN. Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  56. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Repubblik Indonesia Nomor Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 2001 Tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 26 April 2014. pp. 10. https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/RPM%20Perubahan%20Ketujuh%20Atas%20Keputusan%20Menteri%20Perhubungan%20No.%20KM.%204%20Tahun%202001%20Tentang%20Penetapan%20Rencana%20Dasar%20Teknis%20Nasional%202000%20%28Fundamental%20Technical%20Plan%20National%202000%29%20Pembangunan%20Telekomunikasi%20Nasional.pdf. 
  57. "Wali Kota Ambon Minta Warga Siaga Kebakaran Hutan" (dalam bahasa Indonesia). Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 2018-01-27. 
  58. "Kota Ambon" (PDF). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya. Ditjen Cipta Karya. Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  59. Prosiding Seminar Nasional Basic Science VI F-MIPA UNPATTI. Ambon: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura. 26 April 2014. pp. 264. ISBN 9786029755. 
  60. "Kabupaten/Kota". www.malukuprov.go.id (dalam bahasa Indonesia). Pemerintah Provinsi Maluku. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-01. Diakses tanggal 3 Desember 2017. 
  61. Ayal, Jimmy; Burhani, Ruslan (23 Februari 2016). Burhani, Ruslan, ed. "Menteri BUMN dukung peralihan Pelabuhan Yos Sudarso". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 3 Desember 2017. 
  62. Prodjo, Wahyu Adityo. Asdhiana, I Made, ed. "5 Destinasi Wisata di Kota Ambon". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 3 Desember 2017. 
  63. "Pesta Pendidikan AMBON: Satu Hati untuk Pendidikan Maluku" (dalam bahasa Indonesia). 31 Mei 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-04. Diakses tanggal 3 Desember 2017. 
  64. Pattikayhatu, John; Kutoyo, Sutrisno; Kartadarmadja, M. Soenjata (1977). Sejarah Daerah Maluku. Direktorat Jenderal Kebudayaan. pp. 94. https://books.google.co.id/books?id=6gt_CgAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false. 
  65. Ucu, Karta Raharja (13 September 2017). "Kemendikbud Sebut Daerah Ini Layak Jadi Kota Musik". Republika Online. Diakses tanggal 24 Maret 2018. 
  66. Antara (5 Agustus 2017). "Kota Ambon Direncanakan Menjadi 'Kota Musik'". CNN Indonesia. Diakses tanggal 24 Maret 2018. 
  67. https://en.unesco.org/creative-cities/events/unesco-designates-66-new-creative-cities
  68. S, John Nikita; Nikita, John (29 Mei 2012). "BMKG: Hujan di Ambon Hingga Juni". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  69. S, John Nikita; Nikita, John. "BMKG: Puncak Hujan di Ambon Juni-Juli". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  70. Muslimah, Salmah. "Ini Alasan Kenapa Bogor Disebut Kota Hujan". detikcom. Diakses tanggal 2017-12-05. 
  71. Wirayudha, Randy (2 April 2017). "TOP FILES: Bogor Dijuluki Kota Hujan, Apa Gerangan Penyebabnya?". Okezone.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 5 Desember 2017. 
  72. "Climate Bogor: Temperature, Climograph, Climate table for Bogor". Climate-data.org. Diakses tanggal 2017-12-05. 
  73. "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia sampai dengan Tahun 2014" (PDF). OTDA Kemendagri. Direktorat Penataan Daerah, Otonomi Khusus, dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. 2014. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-12-15. Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  74. "Provinsi". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Indonesia). Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-25. Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  75. Farhan, Afif (8 Januari 2016). "Tahukah Kamu? Ada Negeri di Dalam Maluku". detikcom (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 31 Maret 2018. 
  76. "Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000". Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-30. Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  77. a b "Jumlah Penduduk Kota Ambon Per Desa Menurut Jenis Kelamin 2016". Badan Pusat Statistik Kota Ambon (dalam bahasa Indonesia). BPS Kota Ambon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-04. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  78. S, John Nikita; Nikita, John (8 November 2017). "Wali Kota Paparkan Upaya Membangun Perdamaian Ambon". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  79. S, John Nikita; Nikita, John (8 November 2017). "Kesbangpol Bandung Belajar Penerapan Toleransi di Ambon". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 9 Desember 2017. 
  80. Okezone, Tim. "Terapkan Program "Duo Emas" Perdamaian, Mayjen Doni Monardo Diangkat Jadi Warga Kehormatan Kota Ambon". Okezone.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 12 Desember 2017. 
  81. Patty, Rahmat Rahman; Djumena, Erlangga (2 Agustus 2017). Djumena, Erlangga, ed. "Seorang Calon Haji Meninggal Dunia Saat Antre di Pelabuhan". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 12 Desember 2017. 
  82. "Pelantikan Wali Kota Ambon Digelar di Lapangan Merdeka Ambon". ambon.go.id. 24 Mei 2017. Diakses tanggal 24 Maret 2022. 
  83. a b Oetomo, Andi. Pengelolaan Perkotaan Lewat Skema Sister City. Direktorat Jenderal Tata Ruang - Kementerian ATR/BPN. http://tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_artikel/edisi3i.pdf. Diakses pado 31 Desember 2022. 
  84. Patty, Rahmat Rahman; Wadrianto, Glori K. (17 November 2015). Wadrianto, Glori K., ed. "Ambon-Vlissingen Lanjutkan Kerja Sama Kota Kembar". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  85. "Kota Kembar Ambon-Vlissingen Fokus Transfer Teknologi". Malukupost.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-30. Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  86. S, John Nikita; Nikita, John (26 Oktober 2017). "Kota Kembar Ambon-Vlissingen Fokus Transfer Teknologi". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  87. "KRI Darwin - Peningkatan Kerja Sama Kota Kembar Darwin – Ambon". www.kemlu.go.id (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-30. Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  88. "Sister Cities Program | City of Darwin | Darwin Council, Northern Territory". www.darwin.nt.gov.au (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-13. 
  89. a b S, John Nikita (8 September 2012). "Ambon Jajaki Kota Kembar Kyoto dan New York". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  90. Hidayati, Umi (11 September 2017). "Katong Samua Orang Basudara Dalam Masyarakat Multi Etnik Di Kota Ambon (Sebuah Perenungan)". Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-04. Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  91. Diputra, Rizka (25 Februari 2016). "Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini Pernah Terjadi di Indonesia". Okezone.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  92. Aziz, Nasru Alam. Aziz, Nasru Alam, ed. "Pertikaian di Ambon Bukan Konflik Agama". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 4 Desember 2017. 
  93. "Kota Ambon". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 28 Maret 2018. 
  94. "Suku Ambon" (dalam bahasa Indonesia). Indonesia.go.id. Diakses tanggal 7 Desember 2017. 
  95. a b Alexander, Hilda B. Alexander, Hilda B, ed. "Ambon Bangun Permukiman Multietnis". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 7 Desember 2017. 
  96. Hidayat, Rachmat. Hidayat, Rachmat, ed. "Tahun Depan 24 Provinsi jadi Tujuan Transmigrasi". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2017-12-07. 
  97. S, John Nikita; Nikita, John (16 Februari 2018). "Masyarakat Tionghoa sambut imlek 2569 di Ambon". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 29 Maret 2018. 
  98. "PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2016 (Juta Rupiah)" (dalam bahasa Indonesia). BPS Kota Ambon. 5 Juli 2017. Diakses tanggal 31 Desember 2017. 
  99. "World Economic Outlook Database" (dalam bahasa Inggris). Dana Moneter Internasional. Diakses tanggal 31 Desember 2017. 
  100. "PDRB Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2016 (Juta Rupiah)" (dalam bahasa Indonesia). BPS Provinsi Maluku. Diakses tanggal 31 Desember 2017. 
  101. "Laju Pertumbuhan PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2016 (Persen)" (dalam bahasa Indonesia). BPS Kota Ambon. Diakses tanggal 31 Desember 2017. 
  102. "Distribusi PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2016 (Persen)" (dalam bahasa Indonesia). BPS Kota Ambon. Diakses tanggal 31 Desember 2017. [pranala nonaktif permanen]
  103. a b "Kota Ambon Dalam Angka 2017". BPS Kota Ambon. Agustus 2017. Diakses tanggal 31 Desember 2017. 
  104. "World Economic Outlook Database" (dalam bahasa Inggris). Dana Moneter Internasional. April 2017. Diakses tanggal 31 Desember 2017. 
  105. a b c "Panjang Jalan Provinsi Per Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku, 2013" (dalam bahasa Indonesia). BPS Provinsi Maluku. Diakses tanggal 13 Januari 2018. 
  106. "Ambon bakal Terapkan Transportasi Berbasis Daring". Metrotvnews.com (dalam bahasa Indonesia). 17 Oktober 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-17. Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  107. Sasongko, Agung (18 Oktober 2017). "Ambon akan Terapkan Transportasi Berbasis Aplikasi". Republika Online. Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  108. "Profil dan Kinerja Perhubungan Darat Propinsi Maluku 2014". Direrktoral Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-15. Diakses tanggal 13 Januari 2018. 
  109. Ali, Muhammad Fadhly. "Kontainer Crane Tiba, Pelabuhan Ambon Bakal Jadi Terminal Petikemas". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2018-01-13. 
  110. Ali, Muhammad Fadhly. "Pelabuhan Ambon Jadi Terminal Petikemas, Ini Harapan Menhub". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2018-01-13. 
  111. "2017, Pelindo IV Kembangkan 9 Pelabuhan | Investor Daily". id.beritasatu.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-30. Diakses tanggal 2018-01-13. 
  112. "Pelabuhan Ambon Segera Buka Direct Call". Bisnis.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-13. Diakses tanggal 2018-01-13. 
  113. "Bandara Pattimura Siap Layani Penerbangan dari Seoul". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2018-01-13. 
  114. Firdaus, Fahmi. "PT AP Didesak Bayar Pemanfaatan Bandara Pattimura". Okezone.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 13 Januari 2018. 
  115. Putra, Idris Rusadi. Putra, Idris Rusadi, ed. "Citilink buka rute ke Jakarta-Ambon, harga tiket Rp 1.069.200". Merdeka.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 13 Januari 2018. 
  116. Mayaut, Penina; Burhani, Ruslan (12 Maret 2017). Burhani, Ruslan, ed. "Garuda aktifkan kembali rute Surabaya - Ambon". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 13 Desember 2017. 
  117. Prasetyo, Budi. Prasetyo, Budi, ed. "Penerbangan Garuda Indonesia Makassar - Ambon Mengalami Perubahan Jadwal". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2018-01-13. 
  118. Idris, Muhammad. "Ada Jembatan Merah Putih, Warga Ambon Tak Perlu Lagi Naik Kapal Ferry". detikcom. Diakses tanggal 2018-01-27. 
  119. Prastiwi, Devira. Hatta, Raden Trimutia; Ali, Muhammad, ed. "Jembatan Merah Putih, Ikon Baru yang Bikin Ambon Kian Manise". Liputan6.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 27 Januari 2018. 
  120. Nugroho, Sapto. Nugroho, Sapto, ed. "Mirip Jembatan Suramadu, Inilah Jembatan Merah Putih di Ambon". Tribunnews.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 27 Januari 2018. 
  121. a b "Data Kota Ambon 2016 (Metode Baru)". Indeks Pembangunan Manusia. Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik - Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-21. Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  122. a b "Human Development Report 2016" (PDF). United Nations Development Programme. 21 Maret 2017. Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  123. "Data Referensi Pendidikan". Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses tanggal 20 Januari 2018. 
  124. "Politeknik Negeri Ambon". Forlap Dikti (dalam bahasa Indonesia). Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-30. Diakses tanggal 20 Januari 2018. 
  125. "Klasifikasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi Indonesia" (PDF). Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-12-23. Diakses tanggal 20 Januari 2018. 
  126. S, John Nikita. "15 Siswa Ambon Raih Beasiswa di Jepang". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  127. "Seleksi Belajar Ke Jepang Terbuka Untuk Ambon". Malukupost.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-30. Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  128. "Pemkot Ambon Evaluasi Program Belajar Di Jepang". Tribun-Maluku.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  129. S, John Nikita. "Pemkot Ambon Seleksi Beasiswa Belajar di India". ANTARA News (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  130. "Pemkot Ambon Seleksi Program Beasiswa Ke India". Malukupost.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-30. Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  131. Rahmadi, Dedi. Rahmadi, Dedi, ed. "Dijanjikan beasiswa S2, mahasiswi Unpatti Ambon tertipu Rp 25 juta". Merdeka.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 21 Januari 2018. 
  1. Nama merupakan nama benteng yang merupakan cikal bakal kota.
  2. Secara de facto, sedangkan secara de jure merupakan bagian dari Indonesia sejak tanggal 19 Agustus 1945 sebagai bagian dari Provinsi Maluku menurut Putusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
  3. Dalam bahasa Belanda, nama Nieuw Victoria berarti Victoria Baru.
  4. Sisanya merupakan wilayah dari Kabupaten Maluku Tengah.
  5. Kepulauan Maluku meliputi Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.
  6. Kerusuhan serupa terjadi lagi pada tahun 2011.
  7. Sisanya rusak, baik rusak ringan maupun rusak berat.[105]


Kutipan rusak: Tag <ref> ado untuak grup banamo "ket.", tapi indak ado <references group="ket."/>