Urang Gane

Wikipedia Minangkabau - Lubuak aka tapian ilimu

Urang Gane atau Gani marupoan urang bangso yang mandiami bagian salatan Pulau Halmahera, Maluku Utara. Jumlah populasinyo sakitar 3.000 jiwa dan mamaluak agamo Islam. Sistem kakarabatan yang dianuik yoitu patrilineal.[1] Sabagian gadang masyarakaik Urang Gane barasal dari ras Melayi. Bahaso yang digunoan adolah Bahaso Gane.[2]

Panduduak Urang Gane bamato pancarian sabagai patani ladang. Hasil bumi yang dihasilkan barupo padi ladang, jaguang, ubi jala, ubi kayu, sayua-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, cangkeh, kopi, palo, coklaik jo karambia.[1]

Suku-suku di Maluku[suntiang | suntiang sumber]

Kepulauan Maluku adalah sekelompok pulau di wilayah timur Indonesia yang terdiri atas Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Masyarakat yang mendiami kepulauan ini terdiri dari berbagai suku asli Maluku dan sejumlah bangsa pendatang, seperti suku bangsa dari Sulawesi, Jawa, bahkan Tionghoa. Suku bangsa asli Maluku terus melestarikan tradisi dan budaya lokal serta yang menjaga keindahan alamnya. Berikut adalah suku-suku yang ada di Kepulauan Maluku. Baca juga: Proses Islamisasi di Maluku Suku Ambon Suku Ambon adalah suku terbesar di Maluku yang banyak mendiami wilayah Ambon, Saparua, Seram Barat, Nusalaut, dan Haruku. Masyarakat suku Ambon mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dan Islam. Dalam kesehariannya, mereka berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan bahasa Ambon. Suku Tidore Mayoritas suku Tidore mendiami wilayah Tidore, di mana sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Selain nelayan, sebagian suku ini juga ada yang bertani dan berladang. Di wilayah Tidore, mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Hal ini dipengaruhi oleh Kesultanan Tidore, yang mulai mendapat pengaruh Islam sejak abad ke-15. Baca juga: Kerajaan Tidore: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan Suku Ternate Suku Ternate merupakan masyarakat yang mendiami Pulau Ternate, Pulau Obi, dan Pulau Bacan. Sebagian besar masyarakat Ternate bermata pencarian sebagai petani atau nelayan, dan menggunakan bahasa Ternate untuk berkomunikasi. Suku Tobelo Suku Tobelo merupakan masyarakat yang banyak mendiami wilayah utara Pulau Halmahera dan Pulau Morotai. Masyarakat Tobelo bekerja sebagai petani ladang, yang hasilnya berupa padi, jagung, sayur, pisang, tebu, kelapa, cengkeh, dan damar. Dalam kesehariannya, suku Tobelo berkomunikasi dengan bahasa Tobelo. Baca juga: Suku-suku di Pulau Kalimantan Suku Togutil Suku Togutil merupakan bagian dari suku Tobelo yang hidup nomaden di sekitar hutan Totodoku, Tukur-tukur, Buli, Lolobata, dan Kobekulo. Hutan yang menjadi wilayah hunian suku ini masuk dalam wilayah Taman Nasional Aketajawe-Lolobata. Suku Togutil sangat bergantung dengan alam, mulai dari kebutuhan bermukim hingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski hidup di dalam hutan, suku ini juga berkebun, biasanya dengan menanam ketela, ubi jalar, pisang, dan pepaya. Suku Nuaulu Mayoritas Suku Nuaulu mendiami Pulau Seram bagian selatan. Suku ini terbagi dalam dua kelompok. Yaitu kelompok selatan, yang mendiami enam desa di pantai selatan dan pedalaman Kabupaten Amahai, dan kelompok utara, penghuni dua desa di pantai utara Pulau Seram Tengah. Suku Noaulu masih memercayai agama nenek moyang yang disebut Noaulu atau Nurus. Baca juga: Suku-suku di Pulau Sulawesi Suku Kei Suku Kei adalah salah satu suku bangsa di Maluku yang mendiami Kepulauan Kei, seperti di Pulau Nuhucut, Nuhurowa, Kaidullah, Toyandu, Walir, dan sejumlah pulau kecil di sekitarnya. Para peneliti dari Maluku Tenggara meyakini bahwa suku ini memiliki hubungan kekerabatan dengan orang-orang di Pedawa, Bali. Selain itu, berikut ini beberapa suku yang mendiami Kepulauan Maluku. Suku Alifuru Suku Buru Suku Sahu Suku Rana Suku Tanimbar Suku Madole Suku Pagu Suku Makian Suku Kao Suku Buli Suku Maba Suku Sawai Suku Weda Suku Gane Suku Kayoa Suku Bacan Suku Sula Suku Ange Suku Siboyo Suku Kadai Suku Galela Suku Loloda Suku Tobaru

Sejarah Maluku Utara[suntiang | suntiang sumber]

Kerajaan Moloku Kie Raha[suntiang | suntiang sumber]

Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang dikenal dengan sebutan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku), sultan Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja–raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Butir penting dari pertemuan ini selain terjalinnya persekutuan adalah penyeragaman bentuk kelembagaan kerajaan di Maluku. Oleh karena pertemuan ini dihadiri 4 raja Maluku yang terkuat maka disebut juga sebagai persekutuan Moloku Kie Raha. Keempat kerajaan tersebut adalah:

  • Kesultanan Bacan
  • Kesultanan Jailolo
  • Kesultanan Tidore
  • Kesultanan Ternate

Referensi[suntiang | suntiang sumber]

  1. a b Hidayah, Zulyani (April 2015). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. pp. 121-122. ISBN 978-979-461-929-2. 
  2. Project, Joshua. "Gane in Indonesia" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-02-03.