Lompat ke isi

Kategori:Mapat Tunggul Salatan, Pasaman

Wikipedia Minangkabau - Lubuak aka tapian ilimu

Pada Tahun 1960 an sampai dengan tahun 1970 an rame-rame orang Sungai Pimping pergi ke Muaro Sungai Lolo membawa beras dengan cara dipikul dipundak satu orang rata-rata seberat 30 kg. Jalan dari Sungai Pimping Padang Gelugur ke Muaro Sungai Lolo ditempuh dengan jalan kaki selama 2 hari perjalanan atau sekitar 50 km. kondisi jalan setapak mendaki dan menurun samapi kudapun tak sanggup melewatinya. Harga beras di Sungai Pimping pada tahun 1970 sebesar Rp1000 per kaleng (16 kg)sesampai di Muaro Sungai Lolo laku terjual sebesar Rp3.000 per kaleng (16 kg) berarti harganya tiga kali lipat atau 300%. Menurut Alm bapak daerah Muaro Sungai lolo pada saat itu adalah daerah yang makmur karena hasil karet dan kulitr manisnya yang banyak tetapi lahan persawahan tidak ada hingga untuk mencukupi kebutuhan pokok masyarakat terpaksa mendatangkan beras dari daerah Nagari Padang Gelugur yang masih berada dalam satu kecamatan pada saat itu yaitu kecamatan Rao Mapat Tunggul. Rute jalan yang ditempuh pada tahun 1970 an dari Sungai Pimping ke Muaro Sungai lolo adalah jam 4 pagi berangkat dari Sungai Pimping menuju Lundar melewati Desa Gunung Goba, Kampung Pasir, Desa Kati Mahar, Desa Kuamang, Desa Air Panjang. Setelah sampai di Lundar mulai mendaki menuju Desa Sopen dengan melewati Desa Tombang, Desa Rumah Batu. Setelah sampai Sopen perjalanan dilanjutkan pada hari kedua melewati Kuburan Putih dan sorenya atau malamnya sampai di Muaro Sungai Lolo. Beras yang dibawa biasanya langsung laku terjual dan besok paginya pagi-pagi sudah kembali ke Sungai Pimping dan sampai di Sungai Pimping biasanya jam 8 malam setelah berjalan 1 hari penuh dengan cara berjalan dengan kecepatan separoh berlari. Kegiatan ini dilakukan oleh Alm bapak saya kadang-kadang dua kali seminggu, kalau baru habis panen biasanya istirahat, dan kalam musim sikerening Jantan ( 1 bulan menjelang panen berikutnya) baru dilakukan lagi 2 kali seminggu. Perjalan ke Muaro Sungai Lolo ini betul-betul berat tetapi kondisi ekonomi keluarga pada saat itu sangat parah karena baru beberapa tahun pindah dari Tapanuli Selatan ke daerah Sungai Pimping Nagari Padang Gelugur dengan membuka hutan belantara tanpa bekal (harus cari belanja setiap minggu) sambil membu hutan belantara untuk areal persawahan. Perjalanan ke Muaro Sungai Lolo biasanya ditempuh dengan berombongan sebanyak 4 s.d 8 orang, tapi kadang-kadang dengan 2 orang satu rombongan berjalan naik turun gunung/sungai dan rimba belantara. yang menjadi hambatan kadang2 adalah kalau sedang musim hujan, banyak sungai-sungai yang banjir, jembatan atai titian belum ada, airnya sangat deras sehingga sering semalaman harus bermalam dipinggir sungai atau kalau ada pondok2 kebun terdekat yang sangat tidak memadai. Pada akhir tahun 1970 an orang membawa beras ke Muaro Sungai Lolo sudah ada yang pake kuda beban dari Nagari Padang Gelugur, sehingga selih harga antara di Sungai Pimping dengan di Muaro Sungai Lolo tidak terlalu besar lagi.

Laman pado kategori "Mapat Tunggul Salatan, Pasaman"

Kategori ko punyo 3 laman, dari total 3.